Teknik budidaya kakao secara konvensional umumnya hanya menggunakan pupuk an-organik. Inovasi teknologi yang mulai di adopsi oleh petani kakao di kabupaten Tanggamus adalah budidaya kakao berbasis biochar. Salah satu bioindikator kualitas tanah dapat dilihat dari keberadaan mesofauna tanah. Penelitian dilakukan di Kebun Kakao milik petani di Sidomulyo, Tanggamus. Metode penelitian ini merupakan penelitan eksploratif dengan perlakuan yang telah ada yaitu B0: Aplikasi Pupuk NPK (tanpa biochar); B1: Aplikasi pupuk NPK + Biochar 5 t/ha; B2: Aplikasi pupuk NPK + Biochar 10 t/ha; B3: Aplikasi pupuk NPK + Biochar 15 t/ha. Parameter yang diamati yaitu: total populasi dan keanekaragaman mesofauna tanah dengan Berlese/Tullgren, pH tanah , C-organik, KTK, N, P-tersedia, dan K-dd tanah. Sampel tanah yang diambil sejumlah 5 sampel dari setiap perlakuan menggunakan ring sampel. Waktu pengambilan sampel dilakukan pada dua periode yaitu setelah 2 tahun aplikasi biochar pada bulan Mei menjelang akhir musim hujan, serta pada bulan Agustus sebagai musim kemarau untuk mengetahui perbedaan populasi serta keanekaragaman mesofauna tanah. Hasil Penelitian didapatkan bahwa aplikasi biochar mampu meningkatkan retensi P-tersedia tanah yang tergolong pada kategori sangat tinggi dibandingkan tanpa biochar. Aplikasi biochar juga mampu mempertahankan nilai pH tanah pada kondisi yang lebih baik saat pengambilan sampel tanah awal. Aplikasi biochar setelah 2 tahun tidak berpengaruh nyata terhadap populasi mesofauna tanah. Namun pada perlakuan aplikasi biochar Biochar 10 t/ha memiliki keanekaragaman mesofauna tanah dengan kategori H’=1,08 atau sedang